Agus Mulyadi Njaluk Rabi

Menanti Jodoh Idaman

| Monday 22 September 2014 |

Namanya Sastro, tentu nama samaran. Dia seorang kawan jauh, maksudnya, saya kenal dia karena dia adalah kawan dari kawan saya (mbulet yo ben). Usianya setahun lebih tua dari saya, sudah beristri, dan punya anak satu. Ndilalah, istrinya adalah kawan dari kawan saya juga. Jadi baik Sastro maupun istrinya, keduanya sama-sama kawan jauh.

Sastro menikah dua tahun lalu, istri yang ia nikahi adalah tetangga dekat rumahnya. Jarak rumahnya dengan rumah istrinya hanya sepelemparan batu. Mungkin hanya sekitar 20 meteran. Pasca menikah, Istrinya kini tinggal di rumahnya, kadang sesekali tidur di rumah orang tuanya.

Bagi Sastro, punya Mertua yang tinggalnya hanya satu menit perjalanan dengan berjalan kaki dari rumahnya adalah sebuah konflik batin tersendiri. Baginya, menantu dan mertua itu idealnya berjauhan, sehingga setiap kali bertemu, maka nuansa yang hadir adalah nuansa rindu dan kasih sayang seorang mertua. Sedangkan bila tiap hari harus bertemu, kadang justru terasa sangat wagu, acap kali malah membuat Sastro sendiri merasa tak nyaman. Seakan-akan ia selalu diawasi. Kinerjanya dalam usaha membahagiakan istrinya seolah menjadi sesuatu yang senantiasa diragukan dan harus selalu siap diaudit setiap waktu.

Namun setidaknya ada dua maslahat besar yang didapat Sastro dengan menikahi tetangganya sendiri. Pertama, ia bisa meminimalisir pengeluaran uang transport untuk acara lamaran atau mudik ke rumah Mertua. Sedangkan yang kedua, saat kondisi rumah tangganya sedang chaos , maka istrinya tak akan pernah berani memberikan ancaman "Pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku!", itu ancaman yang teramat murah bagi Sastro.

Sastro pernah bercerita, bahwa dia merasa takjub saat dirinya bisa menikah dengan istrinya saat ini. Karena dulu ia menganggap, rasanya tak mungkin ia dan istrinya bisa menikah.

"Mosok meh ngepek tonggo, ra kreatif! Daya jelajah’e kurang no, minimal luar kota tho yo!!", katanya.

Nyatanya, ia harus menjilat ludahnya sendiri, karena pada akhirnya, ia justru menikah dengan kawan perempuan sekaligus tetangganya sendiri, perempuan yang dulu ia anggap tak mungkin ia nikahi karena alasan regional yang terlalu dekat.

Lain Sastro, lain pula Dodi. Ia tetangga saya. Saya pernah sangat akrab dengan Dodi, maklum, dulu sewaktu saya kerja jadi OP Warnet, Dodi ini adalah salah satu pelanggan setia warnet saya.

Kisah asmara Dodi justru sangat kontradiktif dengan kisah asmara si Sastro. Hubungan asmara Dodi kandas justru dengan wanita yang ia mantapkan bakal menjadi istrinya. Hampir dua tahun ia menjalin hubungan dengan Ningrum (nama saya samarkan), gadis pujaanya. Setahun terakhir, kemantapannya untuk menjalin hubungan ke tingkat yang lebih serius dengan Ningrum semakin menguat, terlebih saat dia dan Ningrum sama-sama sudah punya pekerjaan tetap.

Namun saat tingkat keyakinannya berada tipis dari puncak, ealah si Gadis malah menikah dengan Pria lain. Dodi diputus sepihak tanpa pernah tahu apa kesalahannya. #PukPukUntukDodi

Seperti layaknya pria waras, ia merasa begitu kecewa. Kekecewaanya itu kemudian ia lampiaskan dengan hadir di acara hajatan pernikahan si Gadis pujaan dengan membawa Pompa Angin sebagai kado pernikahan. Sewaktu bercerita kepada saya, mimik mukanya begitu nelangsa, tatapannya nanar, namun hal itu tak menyurutkan saya untuk tertawa terbahak-bahak begitu ia menceritakan perihal Pompa Anginnya itu.

Ah, kita memang tak bisa menyangka, siapa yang bakal jadi jodoh kita kelak. Urusan Jodoh memang sesuatu yang luar biasa ghaib. Acap kali di luar perkiraan nalar dan akal sehat.

Saya pernah bertemu dengan seorang pria yang butuh berpacaran hingga 37 kali sebelum akhirnya menikah, pun pernah juga saya kenal dengan pria yang sama sekali tak pernah berpacaran namun langsung bilang "yak!" begitu ditawari menikah dengan wanita yang bahkan belum pernah ia lihat secara langsung.

Saya tak tahu, bagaimana kisah asmara saya akan berjalan kelak, akankah seperti kisah si Sastro, akankah seperti kisah si Dodi, atau justru malah menjadi kisah varian baru yang berbeda dari kisah keduanya.

Yang pasti, bagaimanapun kisahnya, saya yakin bahwa wanita yang kelak akan jadi jodoh saya adalah wanita terbaik untuk saya. Hingga kini, saya masih mempercayai pameo "Jodoh yang kita dapat adalah wanita yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan".

Tentu karena Jodoh kita dipilih langsung oleh Tuhan, bukan oleh DPRD. Jadi, untuk para bujangan, nikmati saja masa penantian yang lengang dan indah ini. Jangan terlalu ngoyo. Biarkan Tuhan bekerja. Yakinlah, Tuhan punya selera yang tinggi. Tugas kita hanya 3, Berusaha, Berdoa, dan Bercermin, di luar itu, kita hanya bisa pasrah dan menanti.

Jadi, Nikmati saja masa penantian anda dengan elegan. Syukuri saja dulu apa yang sekarang sudah ada di tangan anda.

Biarkan pertanyaan "kapan Kawin?" hanyut terbawa air, atau terbang terbawa angin. Karena yang pasti, jodoh anda tak akan klelep begitu saja, dan tak akan terbang dengan mudahnya.

Torabika Moka di tangan kiri, Gorengan di tangan kanan, tinggal jodoh yang masih di tangan Tuhan. Salam Prihatin.



Diterbitkan pertama kali di situs Mojok.co edisi 14 September 2014




Sawer blog ini

36 comments :

  1. Tangan loro (dua) ojo sering nggo nyekel bareng gus, sewaktu-waktu jodohyang masih di tangan Tuhan di lepas kowe siap nangkap, jangan sia-siakan jodohmu hanya demi gorengan dan segelas kopi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha nek sing teko Jodho, ha yo mesti gorengan ro kopine langsung tak banting no yo bos.... wkwkwk

      Delete
  2. Nikmati saja masa penantian anda dengan elegan.

    Seneng karo kalimat iki, Gus.

    Berdoa, berusaha dan bercermin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku wis Berdoa dan berusaha.. sing hurung mung Bercermin .... hehehe

      Delete
    2. Yen bercermin gilo dhewe...

      Delete
  3. Jodoh memang ditangan Tuhan, tapi kalo gak berusaha gak bakalan dapat.

    Jangan banyak makan gorengan, Gus. Gak baik buat kesehatan, hehe...
    Saya pernah liat di tv orang mengolah ulang minyak goreng bekas yang udah berwarna kayak oli, lalu dijual jerigenan ke tukang gorengan. Sejak itu saya gak doyan lagi beli gorengan pinggir jalan.

    Semoga rabimu cepat ketangkap, hehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah.. matursuwun mas Alris ada doanya... itu gorengannya cuma properti kok mas, hehehe

      Delete
  4. ojo putus asa Gus,golek teruuss...sasak kesana kemari ntar jg dpt...
    ohyo aq add fbmu tolong diConfirm gus,aq jg asli cah magelang lho....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Facebookmu sing endi? akeh je sing ngeadd aku... hehe #edisiSombong

      Delete
    2. yo jenengq tow: masudi zulfa,le add wis suik rea gek ndang di confirm,mentang2 podo lanange pow?hihii....

      Delete
  5. eyalah... padahal aku wes bertekat ora arep moco blogmu gus... ehhh ndillalah kersane ngalah yo tetep mampir neng blog iki... jan peletmu kui lo ndrawasi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kandhani og... kene ki dukun'e wani boros je....

      Delete
  6. Ini artikel pembelaan diri pasti.. Hmm...

    ReplyDelete
  7. sing sabar mas nek ibarate mbiyen dek jaman cilikan dolanan endog2an mek wis mentok kari milih "kaum pa lobis nek kaum tak goleke nek lobis goleka dhewe" wkwkwk,,,ijin share ke temen yang senasib mas....

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah... dolanan lawas kuwi... ng kene saiki wis ra ono sing dolanan... wkwkwk

      Delete
  8. hahahha... semoga sukses dalam penantian jodohnya... salam jomblo'ers

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin mbak Maria Ulfa, salam prihatin... hehehe

      Delete
  9. Tak tunggu kisahe pompa angin dalam kisah pernikahan ningrum..

    ReplyDelete
  10. lha iyo to mas, taq enteni 5 tahun, eh koq ya calon jodoku kabur kegawa angin tekan pulau seberang.
    :D
    jare nek jodo mesti ono dalane. mbuh ketemu neng bis, follower utawa kanca bloger.

    sopo ngerti sepeda onthel-e sampeyan kesrempet mobil trus sing nyopir wong wedok ayu, trus ketemu maneh, terus kepincut, trus dadi yange, yang2an numpak pit onthel, trus rabi, anake limo.
    :D
    ftv: "Jodohku di sepeda onthel"

    ReplyDelete
  11. tinggal jodoh ditangan ALLAH SWT
    pukpuk dah.... tobat nan.... Ghaib

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkw.. juragan pertamax ke dampar di marih... nasibe podo mblisz. :v

      Delete
  12. Nek manut critamu seng ora karuan kui cen jodo di tanganAllah..aku yo yo wes ngglibet rono rene nggolek jodo.eh lah palah seng dadi jodoku meng bedo kecamatan Gus,,,,maune aku yo ngasik mikir kok aku ralek entuk jodo to..mangkakno umur wes telutelu ....,,,yo kui mau aku berusaha berdoa,,neng yo bercermin...alhamdulilah gus..saiki anakku wes limangtahun umure...loh aku kok palah curhat yoo

    ReplyDelete
  13. jodoh emang di tangan tuhan mas, tapi yen ndak di jukuk yo terus neng tangane tuhan..
    nulis wae surat terbuka untuk calon istrimu mas...heheheuu

    ReplyDelete
  14. wkwkwk..kae kok ono juragan pertamax harang..nggolek referensi ki jomblis

    ReplyDelete
  15. Gus, sesuk rek nikah arep lintas provinsi gak? Opo malah lintas benua. Kae neng Rusia akeh cewek-cewek seng ayu tur jombloh :-D

    ReplyDelete
  16. kalem wae gus, nek jare Afgan "jodoh pasti bertemu". salam pukpuk

    ReplyDelete
  17. Hallo mas agus, saya silent reader blognya sampeyan yang akhirnya berani memutuskan untuk komentar. Sabar ya mas, jodoh, rejeki, maut udah ada yang atur, saya yakin kalo jodohnya mas agus pasti ngeten (y) :) #PukPukUntukAgus salam kenal mas :)

    ReplyDelete
  18. aku kagum sama tulisan2 sampean mas..ringan dan menghibur...salut deh kreatif banget..bakat anda smoga terus berkemban.. kalo bisa dimuat di koran atau majalah mingguan...biar ada honor ..lumayan kan..waktu tahun 80-an ada majalah aneka yg memuat tulisan2 seperti mas agus ini...juga koran..tp sekarang ngga ada lagi keliahatannya ya.....semoga sukses slalu bersama mas agus..dan tetap berkreasi..

    ReplyDelete
  19. wah shooting nang bukan 4 mata ki...jos tenan mas..haha..

    ReplyDelete

Tentang Saya

Saya Agus Mulyadi, biasa dipanggil Gus Mul (bukan lulusan pesantren seperti Gus Dur, Gus Muh, maupun Gus Mus. Gus Mul hanya akronim dari nama saya). Blogger dan Freelance Layouter. Kini berusia 24 tahun. Aktif di Karang Taruna dan Komunitas Blogger Magelang Pendekar Tidar. Profil lebih lengkap, Lihat Disini
 
Copyright © 2010 Blog Agus Mulyadi , All rights reserved
Design by DZignine . Powered by Blogger