Agus Mulyadi Njaluk Rabi

Pernah Gondrong

| Monday 1 July 2024 |

Nemu foto sebelas tahun lalu saat masih gondrong dan sok pendekar. Maklum saja, role model saya saat itu kalihatannya masih berhenti di Prabu Angling Dharma dan Patih Batik Madrim.

agus mulyadi gondrong

Menjadi gondrong adalah cita-cita remaja saya. Cita-cita yang mungkin juga dimiliki oleh banyak lelaki setelah selesai menempuh pendidikan menengah atas.

Selepas lulus SMA, saya ingin kuliah di Jogja, menjadi mahasiswa gondrong, lalu bergelut dengan buku, cinta, dan pesta.

Namun impian tinggalah impian. Kuliah ternyata bukanlah hal yang sederhana. Bapak dan ibu saya tak punya uang. Saya akhirnya tak bisa kuliah, remuk dalam cinta, dan jarang ikut pesta.

Hanya bergelut dengan buku dan punya rambut gondrong yang masih bisa saya rasakan.

Dalam kemalangan itu, dunia warnet hadir dan menawarkan harapan baru. Saya bekerja menjadi penjaga warnet, dan mulai mendapatkan banyak hal. Saya mengenal blog, mulai rajin menulis, lalu membangun reputasi sebagai seorang penulis yang punya lumayan banyak pembaca.

Cita-cita yang dulu sempat gagal saya wujudkan, perlahan mulai bisa saya raih. Saya memang tetap bukan seorang mahasiswa, namun kehidupan asmara saya mulai lancar dan saya juga mulai sering menghadiri banyak pesta.

Ah, saya jadi ingat dengan tulisan di salah satu bokong truk yang pernah saya lihat: “Hal terbaik tentang mimpi adalah ketika kau berusaha mewujudkannya, dan menerima apa pun hasilnya.”

=====

Foto: Bersama kawan saya @faizrahmawansetio, dipotret oleh Suhartoyo, di kamar loteng rumah saya, di Magelang. Kebetulan saat itu Faiz sedang ada acara di Magelang dan nginep di rumah saya. Saya, Suhartoyo, dan Faiz adalah kawan satu angkatan saat menempuh pendidikan desain grafis di Rumah Gemilang Indonesia di Depok.

Kepuasan Menonton Film Siksa Kubur

| Wednesday 17 April 2024 |

Kemarin saya dan Kalis akhirnya kesampaian buat menonton film Siksa Kubur. Ini film yang memang sudah saya tunggu-tunggu, selain karena memang trailernya menjanjikan, juga karena banyak perbincangan tentang gimmick-gimmick yang menyertai film ini. Dari gimmick yang serius sampai gimmick yang lucu.

siksa kubur

Saya tak terlalu suka menonton film horor, namun khusus untuk film horor garapan Joko Anwar, ada pengecualian. Saya suka Pengabdi Setan dan Perempuan Tanah Jahanam, jadi saya pikir, saya juga akan suka dengan Siksa Kubur. Dan dugaan saya tak salah. Saya suka.

Kalis yang biasanya tidak suka film horor pun ternyata mau menonton film ini. Ya sudah. Gaaas.

agus kalis

agus kalis

Film Siksa Kubur ini bercerita tentang Sita, perempuan dengan dendam yang amat membara, sebab saat kecil, orangtuanya tewas terbunuh oleh bom bunuh diri yang diledakkan oleh seorang pria yang mengaku sangat ketakutan pada siksa kubur.

Sebelum bunuh diri, pria tersebut sempat memberikan kaset pita berisi rekaman suara siksa kubur yang ia rekam sendiri di makam seorang penjahat kepada Adil, kakak Sita. Berawal dari kaset itulah, rangkaian dendam itu kemudian membesar.

Setelah dewasa, Sita terobsesi untuk mencari orang-orang yang ia anggap bejat dan jahat dan menunggunya mati agar ia bisa “mem-booking” liang kuburnya, tidur di sebelah mayatnya, untuk membuktikan siksa kubur itu benar-benar ada atau tidak.

Obsesi itu seperti menemukan jalannya, sebab Adil, kakaknya, bekerja sebagai tukang memandikan jenazah sekaligus menguburkannya.

Selama proses pencarian bukti itulah, Sita jadi sering menghadapi pengalaman-pengalaman mengerikan yang membuat batinnya sangat tersiksa.

siksa kubur

Saya merasa puas dan marem. Ini mungkin agak tidak berperasaan, tapi entah kenapa, saya girang betul tiap kali Sita tersiksa batinnya karena kelewat ngebet pengin membuktikan bahwa siksa kubur itu tidak ada. Entah sudah berapa kali saya membatin “Modar kowe…!!!” tiap kali Sita mengalami hal yang membuatnya ketakutan.

Saya orangnya simpel, kalau ada orang ngeyelan dan keras kepala lalu kena batunya, saya senengnya minta ampun. Lagian pakai sok-sokan tidur di samping mayat di liang kubur, Kalau memang nggak percaya sama agama, minimal percaya sama teknologi GoPro.

Gendongan Ideologis

| Wednesday 10 April 2024 |

Libur lebaran kemarin menjadi momen pertama kalinya bagi Raras untuk mudik ke Blora, kampung halaman istri saya. Hal tersebut sekaligus menjadi perjalanan jauh pertama Raras yang biasanya cuma mentok bolak-balik Magelang-Jogja.

Di Blora, kakek dan neneknya sangat bergembira menyambut kehadiran Raras. Ibu mertua saya terutama, sangat rajin menggendong Raras. Maklum saja, sebab selama berbulan-bulan lamanya, ibu mertua memang hanya bisa melihat Raras melalui videocall, beda dengan ibu saya yang memang sangat sering berkunjung ke Jogja untuk menengok Raras.

raras ugahari

Saya senang Raras akhirnya punya kesempatan untuk menikmati suasana Blora. Bagi saya, Raras harus dikenalkan dengan Blora sejak dini, sebab tidak bisa tidak, ada darah Blora yang mengalir deras di dalam tubuhnya, sama derasnya dengan darah Magelang yang juga mengalir di dalam dirinya.

Saya memang ingin Raras menjadi pribadi yang manut dan patuh kepada orangtuanya seperti selayaknya prajurit akademi militer Magelang yang sangat “Sir, Yes Sir!” kepada atasannya.

Raras perlu punya nilai-nilai prajurit jebolan Magelang, setidaknya punya kedisiplinan khas seorang Gatot Soebroto, dan punya kecerdasan khas seorang Susilo Bambang Yudhoyono.

Namun demikian, di sisi yang lain, saya juga ingin Raras tumbuh seperti selayaknya manusia-manusia jempolan dari Blora. Menjadi pribadi yang punya keberanian untuk membangkang seperti Samin Surosentiko, serta menjadi pribadi yang tangguh dan revolusioner seperti Pramoedya Ananta Toer.

Dan semua itu saya kira bisa dimulai dengan mengajak Raras untuk rajin menghirup udara Magelang dan udara Blora.

Maka, ketika melihat foto Raras sedang digendong oleh neneknya yang asli Blora ini, saya yakin itu bukan jenis gendongan biasa, itu adalah gendongan ideologis, gendongan yang penuh dengan pembangkangan dan bibit-bibit revolusi.

Tentang Saya

Saya Agus Mulyadi, biasa dipanggil Gus Mul (bukan lulusan pesantren seperti Gus Dur, Gus Muh, maupun Gus Mus. Gus Mul hanya akronim dari nama saya). Blogger dan Freelance Layouter. Kini berusia 24 tahun. Aktif di Karang Taruna dan Komunitas Blogger Magelang Pendekar Tidar. Profil lebih lengkap, Lihat Disini
 
Copyright © 2010 Blog Agus Mulyadi , All rights reserved
Design by DZignine . Powered by Blogger