Fakta bahwa Nusantara kaya akan berbagai jenis tanaman menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang mampu mengoptimalisasi fungsi tanaman dan tumbuh-tumbuhan dalam berbagai bidang, diantaranya adalah kerajinan, kuliner, kosmetik, sampai pengobatan. Kekayaan bangsa Indonesia (Nusantara) akan bahan-bahan rempah dan tumbuh-tumbuhan inilah yang menjadi salah satu sebab dan asal-muasal berdatangannya negara-negara Eropa seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan juga Belanda ke Nusantara.
Di Indonesia sendiri, pemanfaatan paling intens pada tumbuh-tumbuhan adalah untuk bidang medis alias pengobatan, dimana bagian tumbuhan baik itu daun, akar, maupun buah dari tanaman yang mempunyai kandungan zat tertentu dijadikan sebagai obat tradisional. Obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan (beberapa menambahkan dengan bagian tubuh hewan, contohnya empedu) ini akrab disebut sebagai Jamu. Nyatanya memang banyak tumbuh-tumbuhan Nusantara yang punya menfaat dalam segi medis, Misalnya mengkudu yang bisa diujadikan sebagai obat antihipertensi dan sakit kuning, Lidah mertua yang bisa dijadikan sebagai obat demam gatal dan diabetes, lalu kumis kucing yang ampuh mengobati rematik, dan masih banyajk lagi tumbuhan-tumbuhan lainnya yang punya khasiat pengobatan.
Penggunaan jamu di Nusantara tercatat sudah eksis sejak jaman dahulu kala, bahkan menurut beberapa sumber, para tabib di jaman kerajaan Hindu-Budha sudah menggunakan jamu sebagai media pengobatan. Hingga kini, jamu sudah menjadi sebuah tradisi turun temurun dan menjadi salah satu budaya nusantara dalam dunia pengobatan dan medis tradisional. Ya, Jamu memang sudah sangat lekat dengan Indonesia, Bahkan baru-baru ini, Jamu telah dipersiapakan oleh Kemendikbud untuk diajukan ke UNESCO sebagai Warisan dunia karya bangsa Indonesia.
Penjual Jamu di salah satu pasar tradisional Indonesia (akhir abad 18) | Pic: Tropenmuseum
Namun sangat disayangkan, seiring dengan makin pesat dan majunya perkembangan jaman terutama kemajuan ilmu medis, sedikit banyak telah membuat eksistensi jamu sebagai minuman kesehatan dan penyembuhan semakin tergerus. Hal ini sangat dipengaruhi dengan bermunculannya aneka produk minuman kesehatan modern baik yang berlabel herbal maupun kimia generik.
Munculnya aneka minuman kesehatan modern dengan berbagai kemasan yang menarik dan iklan yang sangat persuasif di berbagai media dan mampu menaqwarkan kepraktisan ini telah mampu mengalihkan ketertarikan masyarakat pada jamu. Kini, orang-orang lebih banyak percaya pada aneka minuman kesehatan modern yang (katanya) menawarkan aneka khasiat mulai dari penyembuh penyakit, sampai penambah stamina. Kendatipun kita tak tahu, minuman kesehatan yang ditawarkan itu benar-benar alami atau tidak.
Terakhir waktu saya masih SD, saya ingat betapa saya bersama kawan-kawan sepermainan langsung girang setengah mati demi mendengar suara mbok jamu keliling (yang sampai sekarang saya tak tahu siapa namanya) yang datang meyambangi kampung kami setiap harinya. Sekitar 10 botol jamu beraneka jenis dia gendong di punggungnya dengan menggunakan tenggok (wadah) serta dengan mencangking dua jerigen besar beras kencur di tangan kiri dan ember berisi air di tangan kanannya, beliau selalu rutin menjajakan jamunya di kampung kami. Orang-orang di kampung kami sudah banyak yang menjadi pelanggannya, para orang tua dan dewasa biasanya minum jamu pepaya, kapulogo, maupun brotowali, sedangkan kami para anak-anak yang lidahnya belum cukup tangguh untuk menahan rasa pahit harus cukup berpuas diri dengan hanya menenggak beras kencur maupun kunir asem dengan gelas batok kelapa. Uhh, saat itu jamu benar-benar masih menjadi salah satu minuman primadona masyarakat. Bahkan minum jamu sudah menjadi salah satu kebiasaan yang menjorok ke tradisi.
Mbak Dalmi, salah satu penjual Jamu Gendong di Kampung saya
Mbak Ginah, kalau mbak yang satu ini, jualannya pake sepeda
Kini, setelah lebih dari 10 tahun berlalu, jamu tak sepopuler seperti dulu. Yah, Saya sadar, waktu memang berubah sedemikian cepat.
Jamu, Riwayatmu kini
Sekarang jamu terasa begitu asing dan kuno (bahkan mungkin menjorok kampungan), bahkan Banyak kalangan terutama kaum muda yang menilai bahwa tradisi minum jamu adalah tradisi yang ndeso, udik, kuno, terlalu konservatif, dan lain sebagainya. Hal ini mungkin karena jamu belum punya pasar yang luas dalam pergaulan modern, karena memang jelas sekali bahwa dalam pasar pergaulan modern, pamor jamu kalah telak dibandingkan dengan aneka minuman gaya modern seperti milkshake maupun softdrink. Bahkan saya yakin, jika disuruh memilih, pasti banyak anak muda yang lebih pede minum air putih ketimbang minum jamu, right?
Lantas, apakah memang jamu se-kampungan itu? jawabannya sama sekali tidak. Sekarang, Jamu justru sebenarnya punya pangsa pasar yang eksklusif, bahkan cenderung berkasta tinggi. karena faktanya, memang banyak orang kaya yang justru menggemari jamu, tentunya selain sebagai hidangan minuman, juga sebagai alternatif penyembuhan dan untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh.
Nyrutup Kunir asem dulu, biar badan sehat, kuat, dan trengginas
Jamu kerap dianggap kampungan mungkin karena ke-tradisional-annya. Kita tentu tak bisa menyangkal, bahwa kebanyakan hal yang berbau tradisional memang sering diangap tertinggal, walaupun sebenarnya hal itu tidak sepenuhnya benar. Nyatanya, jika dengan dibarengi dengan konsep marketing yang bagus, Jamu bisa menjelma menjadi minuman yang punya nilai jual tinggi dan berkelas.
Es beras Kencur dan es Kunir Asem
Beberapa waktu yang lalu, saat saya berkunjung ke Keraton Mangkunegaran Surakarta untuk menonton pertunjukkan sendratari bertajuk Mangkunegaran Performing Art, disana ada yang jual Es Beras Kencur dan Es Kunir Asem. Dan ternyata, kedua minuman ini laris manis dan menjadi incaran para pengunjung, padahal di sana juga ada pedagang softdrink dan teh kemasan. Namun tetap saja Es Beras kencur dan es Kunir Asem menjadi minuman yang paling laris.
Es beras kencur dan Es Kunir Asem di Mangkunegaran Performing Art
Disini bukti berbicara, ternyata Beras kencur dan Kunir Asem yang notabene adalah jamu bisa tampil sebagai minuman yang memikat. Rahasiannya apa? ya konsep marketing itu tadi.
Dalam kasus di atas, jamu beras kencur dan kunir asem yang dijual di keraton mangkunegaran itu benar-benar dibalut dengan konsep marketing yang menarik. Apa konsepnya marketingnya? Pertama, Jamu disuguhkan dengan Es, itu jelas sangat berbeda dengan penyuguhan jamu konvensional yang acap kali disuguhkan dalam keadaan hangat. Kendatipun hanya dengan menambahkan Es batu, nyatanya Beras Kencur dan Kunir Asem bisa naik image-nya, dengan penambahan Es, kesan kampungan pada jamu seolah-olah bisa banyak berkurang. Kedua, penjual es beras kencur dan es kunir asem di pelataran Kraton Mangkunegaraan di atas menyuguhkan kemasan yang anak muda banget, yaitu kemasan gelas slurpee. Sekali lagi, hal ini jelas merupakan konsep yang bagus dan menarik, terutama bagi konsumen anak muda, alih-alih menggunakan gelas kaca, gelas plastik, atau batok kelapa, si penjual justru menggunakan gelas slurpee yang praktis dan bisa dibawa kemana-kemana dan bisa habis sekali buang.
Bagaimana? terbukti bukan bahwa jamu sebenarnya punya potensi pengembangan yang cerah asalkan dikemas dengan menarik dan dibalut konsep yang apik.
Depot jamu berkonsep Cafe? Anak muda banget
Mengajak kaum muda agar gemar minum jamu mungkin adalah salah satu hal yang susah untuk dilakukan, Di awal sudah saya terangkan, bahwa jamu kerap dianggap sebagai minuman yang udik dan kuno oleh banyak kalangan, terutama kaum muda. Namun hal ini bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Salah satu trik ampuh yang menurut saya bisa membuat kaum muda gemar minum jamu adalah dengan membuat jamu menjadi hidangan yang jauh dari kesan kuno, salah satu cara yang saya kemukakan dalam postingan ini adalah dengan menerapkan konsep marketing ala cafe pada produk minuman jamu.
Saya memang bukan ahli marketing, bukan pula lulusan sekolah marketing, hanya saja berdasarkan pengamatan saya, konsep memang memegang peranan penting dalam bisnis pemasaran.
Di Solo, ada sebuah cafe unik yang namanya Cafe Tiga Tjeret (kalau tidak salah di daerah Ngarsopuro), Cafe ini merupakan salah satu cafe paling laris di Solo. Dan kendati menjadi salah satu cafe paling laris di Solo, ternyata menu yang ditawarkan di cafe tersebut tak lebih dari menu angkringan atau kucingan, diantaranya tempe goreng, wedang jahe, jadah bakar, nasi teri, dsb. Pokoknya tak jauh berbeda dengan menu yang ada di Angkringan deh.
Cafe Tiga Tjeret di Ngarsopuro Solo
Lalu sebenarnya apa yang membuat cafe ini bisa laris, menurut saya, sebabnya tak lain dan tak bukan adalah adalah karena sang pemilik, Crist Conny berhasil memadukan angkringan dengan konsep cafe. Di Cafe Tiga Tjeret, tempatnya dibuat se-enjoy mungkin, dengan kursi dan taman, pelayananan makanannya pun ala barizta, dan juga ada hiburan live music akustik. Jadi kendatipun menu-nya menu sederhana, namun konsep cafe yang ditawarkan menjadi daya tarik tersendiri, itu pula yang menurut saya membuat banyak pengunjung yang betah dan ketagihan untuk hangout atau sekedar nongkrong di cafe ini, tak terkecuali saya.
Nah, belajar dari kesuksesan Cafe Tiga Tjeret tadi, rasanya jelas tak ada salahnya mencoba pemasaran jamu dengan konsep cafe.
Jadi, nantinya, menu-menu yang disediakan adalah menu cake ringan, seperti pancake, roti bakar, kue, atau enak roti, pokoknya menu makanan berjenis cake. Nah, barulah menu minumannya (beverages) serba jamu. Tentu bukan jamu biasa, namun jamu yang bukan jamu pahit, seperti jamu beras kencur, kunir asem. Seandainya disediakan jenis jamu pahit, maka perlu diberi tambahan racikan seperti madu atau gula tetes.
Untuk konsep tempat, mungkin bisa dibuat konsep vintage, dimana bangunan cafe lebih banyak dibuat dari kayu. Boleh juga menambahkan unsur jawa seperti gazebo joglo ataupun lesehan.
Sebagai pelengkap, mungkin bisa dengan menambahkan hiburan musik akustik dari band indie lokal maupun hiburan stand up comedy, (untuk hiburan stand up comedy, bisa menjalin kerjasama dengan komunitas stand up comedy di kota setempat).
Untuk pemilihan nama Cafe, bisa dicari nama yang mudah diingat namun juga sangat "anak muda". Nama Jejamoean mungkin patut diperhitungkan, kenapa saya memilih nama ini? karena saya pernah tahu ada cafe yang menjual aneka menu daging barbequa bakar, dan namanya BEBAQARAN, juga pernah tau ada cafe yang menyediakan menu aneka jamur, dan namanya JEJAMURAN, jadi kalau ada cafe yang menyediakan menu aneka jamu, meungkin relevan jika namanya JEJAMUAN, hehehe. Barangkali ada usul nama yang lain?
Intinya, dengan konsep cafe, asalkan dikelola dengan baik dibalut dengan promosi yang efektif, maka bukan tak mungkin cafe jamu akan bisa menjadi tempat andalan anak muda untuk menghabiskan waktu nongkrong. Bahkan jika terus mengalami kemajuan, tak mustahil jika kelak bisa difranchise-kan.
Mampukah menu jamu bersaing?
Di atas sudah saya terangkan tentang konsep cafe jamu, lalu mungkin ada pertanyaan yang membimbangkan, "Mampukah menu jamu menarik anak muda?"
Saya yakin bisa. Yakin? Ya, sangat yakin. kenapa saya begitu yakin? karena memang saya pernah membuktikan sendiri betapa menu jamu sangat ampuh dan punya segmentasi penggemar yang cukup luas.
Di dekat tempat tinggal saya, ada sebuah resto kesil (atau lebih tepatnya warung makan), namanya warung makan Voor de Tidar, warung makan ini sangat laris, terutama pada jam makan siang. Warung makan Voor de Tidar ini menyediakan aneka menu makanan jadul, diantaranya adalah Ayam kampung goreng, ayam pandan, belut goreng, ayam laos, nasi goreng, bakmi goreng, bakmi godhog, sate serai, sego abang (nasi merah), sampai aneka gorengan. Sedangkan minumannya, selain Es teh dan Es jeruk, warung makan ini menyediakan aneka minuman jamu herbal, diantaranya adalah wedang serai, wedang serai, wedang uwuh, kunir asem, teh rosela, juga wedang secang.
Warung makan Voor de Tidar, ada sedia minuman Jamu
Dan usut punya usut, ternyata menu minuman jamu di warung makan inilah yang menjadi salah satu sebab kenapa warung makan ini laris manis (seputar warung makan Voor de Tidar, saya pernah mambahasnya Disini)
Nah, hal itulah yang membuat saya yakin bahwa menu jamu sebenarnya bisa menarik hati para pecinta kuliner nusantara.
Susu sudah membuktikannya
Hampir sama seperti jamu, susu juga punya pandangan negatif di mata anak muda. Dari dulu sampai sekarang, susu sudah kadung di-plot sebagai minuman yang sangat kekanak-kanakan. Susu identik dengan minuman untuk "anak mama", sehingga tak jarang, banyak anak muda yang enggan minum susu, bahkan sampai muncul jargon "Udah gedhe kok minum susu". Padahal seperti yang kita ketahui, bahwasanya susu adalah minuman menyehatkan yang penuh manfaat hampir untuk segala usia.
Nah, pada kenyataanya, di pada 5 tahun terakhir ini, banyak muncul cafe yang mengusung menu susu sebagai menu andalan. Di Jogja misalnya, ada cafe namanya Kalimilk, di Solo saya pernah tahu namanya cafe Rumah Susu, sedangkan di kota saya sendiri, ada House Milk. Dan saya yakin, di kota-kota lainnya juga pasti ada banyak cafe-cafe lain yang juga mengusung menu susu.
Dan tak dapat dipungkiri, cafe-cafe ini rata-rata ramai dan laris. Kenapa? karena ya konsep itu tadi, konsep cafe. jadi Susu yang tadinya dianggap sebagai minuman anak kecil, dengan dipadukan dengan konsep cafe, menjadikannya sebagai minuman gaul aneka rasa yang pantas untuk dijadikan teman kongkow dan nongkrong.
Nh, kalau susu bisa, kenapa Jamu nggak?
Gambar : Dokumen pribadi, Eko Magelang, dan Yutsazula
Daftar Pustaka
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection
http://biofarmaka.ipb.ac.id/publication/journal
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-info/501-info-jamu-as-world-cultural-heritage-2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Jamu
Welha, ada mbak ginah juga... kangen sama jamu kencur-anggurnya
ReplyDeleteMumpung lagi gelem difoto tho mas... Kalau saya tetep beras kencur-nya... Josss.
DeleteMemang bener, Indonesia kayak akan berbagai jenis tanaman/rempah-rempah yang sangat bermanfaat untuk tubuh. Dan bagi yang sama sekali nggak 'nyentuh' jamu, kayaknya harus coba deh ke Cafe Jamu :D
ReplyDeleteBarangkali mas Giar tertarik buat merintis... hehehe... Ajak as Triono sekalian mas.. siapa tahu bisa jadi usaha besar di Depok...
Deletealhamdulillah, kalo di kampung saya sih jamu gendong masih rutin,,,
ReplyDeletedan memang banyak peminatnya, bahkan sehari aja gak ngampung / keliling , udah pada ditanyain anak-anak kecil , karena dia yg udah terbiasa mengonsumsi jamu pada pagi hari ,
biasanya jamu emdong disana lewatnya sekitar jam 9'an. hehe
Wah, kalau di kampung saya sudah ndak begitu banyak anak-anak yang hobi minum jamu. Langganan jamu gendong sekarang hanya sebatas orang tua...
Deleteya, anak2 jaman sekarang memang banyak yang gengsi minum jamu, karena jamu dianggapnya kampungan, padahal khasiat jamu itu sangat baik untuk kesehatan,
ReplyDeletedan saya setuju dengan bro agus, jamu akan digemari kembali oleh anak2 muda jika kita tahu konsep pemasarannya seperti apa. hehehe
jaman sekarang, hidup serba gengsi ya pak, ndak kaya dulu.....
DeleteEs beras kencur paling mantep kalo buat nyambi makan baceman kang... josss
ReplyDeleteAda lhoo disolo yg jualan jamu ala cafe ..
ReplyDeleteJamunya beneran jamu kyk obat pilek, pentugin, sehat lelaki, sehat perempuan, segar anak, galian singset dll.
coba deh mampir ke REINA HERBAL DRINK,,
Jln Ronggowarsito no 10 kampung baru
http://terasolo.com/resto-cafe/reina-herbal-drink-cafe.html
ReplyDeletebagus blognya, idenya segar boleh di contoh
ReplyDeleteWedang Uwuh ......... enak iku mas kebetulan temenku orang asli jogja jadi kalau pas main kerumahnya pas gak pernah ketinggalan sama yang namaya wedang uwuh.
ReplyDeleteyang penting jangan jamu yang bikin kita klenger aja mas broh...
ReplyDeletebahkan sekarang ada jurusan jamu di poltekkes surakarta. disana kita bisa lebih mempelajari manfaat, efek samping, dll dari jamu.
ReplyDeletesemangat mempertahankan tradisi leluhur sangat besar, semoga generasi muda ikut membudayakan warisan leluhur
ReplyDeleteobat viagra
viagra asli
Alhamdulillah sangat bermanfaat sekali,terimakasih mas agus
ReplyDelete