Sekira sebulan yang lalu, Saya bersama mas Puthut EA dan segenap kru Mojok.co berkunjung ke Solo untuk mewawancarai Gibran Rakabuming, anaknya pak Presiden yang terkenal karena sukses berbisnis kuliner itu. Kebetulan, waktu itu Mojok sedang menguji coba rubrik baru, yaitu rubrik wawancara bertamu seru, dan ndilalah Gibran kami pilih sebagai tokoh pertama yang kami wawancarai.
Serupa tapi tak sama, Agus Rakabuming dan Gibran Mulyadi
Nah, di sela-sela kunjungan ke kami Solo waktu itu, kami menyempatkan diri untuk mampir ke Rumah Blogger Indonesia, basecamp komunitas blogger Solo yang dikomandani oleh Pakdhe Blontank Poer, salah satu blogger senior (untuk tidak menyebutnya tua) yang misuwur dan kondang kaloka di jagad perbloggeran nasional. Yah, sekadar bersilaturahmi sekaligus nyaur utang, karena memang sudah sejak lama, saya dan Mas Puthut sudah berjanji kepada Pakdhe Blontank untuk mampir ke Rumah Blogger Indonesia (untuk selanjutnya saya sebut saja RBI).
Di RBI, kami ngobrol ngalor-ngidul dengan Pakdhe, ditemani kopi kapal api dan aneka gorengan yang sudah dingin dan lemes namun tetap maknyus, kami ngobrol banyak hal, mulai tentang internet, portal berita, perkembangan dunia aktivis, hingga tentang dunia teater dan kesenian. Kami ngobrol sampai larut malam. Kopi yang kami nikmati bahkan sampai harus di jok beberapa kali.
Di akhir obrolan sesaat sebelum saya, Mas Puthut, dan Kru Mojok lainya harus pamit dan kembali ke Hotel, Pakdhe Blontank mengabari saya, bahwa dirinya dan kawan-kawan RBI berencana akan menghelat acara kopdar blogger lintas daerah. Pakdhe berniat mengundang saya dan dua orang blogger Magelang lainnya sebagai perwakilan Pendekar Tidar (komunitas Blogger Magelang) agar nanti bisa ikut meramaikan acara kopdar blogger tersebut.
Saya tentu girang bukan kepalang, karena saya memang sudah lama tidak ikut acara kopdar blogger. Terakhir acara kopdar blogger yang saya ikuti adalah Blogger Nusantara, yang dihelat tahun 2013 lalu.
“Siyap dhe, pokoknya kalau pakdhe yang dhawuh, saya siyap meramaikan,”
Kopdar Blogger, Mangkat.
“Gus, acara kopdar blogger yang beberapa waktu lalu aku bicarakan jadinya akan dihelat tanggal 26-27 Maret besok, sabtu minggu. Tolong nanti aku diwasap alamat blog-mu dan kawan-kawan dari Magelang yang nanti bakal hadir, beserta ukuran kaos masing-masing, soalnya nanti mau tak buatke kaos untuk cinderamata. Suwun.” Begitu pesan wasap Pakdhe Blontank yang saya terima.
Begitu pesan tersebut saya terima, saya dan beberapa kawan Pendekar Tidar segera rembugan, menentukan siapa siapa saja yang nanti bakal ikut berangkat ke Karanganyar. Dari rembugan tersebut, akhirnya diputuskan bahwa nanti yang bakal berangkat ke acara Kopdar Blogger di Karanganyar adalah Saya, Kokoh Ahmad, dan Mas Lisin.
Itinerary perjalanan ke Solo segera disusun secepat dan setaktis mungkin. Maklum, sebagai penduduk Magelang yang sudah erat dengan dunia militer, kami sudah terlatih untuk bergerak cepat, terutama saya sendiri yang kampungnya memang bersebelahan persis dengan markas akademi militer. Gerak saya hanya lambat kalau urusan wanita, kalau urusan lain, Insha Alloh tangkas dan trengginas.
Kami bertiga (Saya, Kokoh, dan Mas Lisin) berangkat ke Solo Sabtu pagi 26 Maret dengan menumpang kereta api Prameks dari Stasiun Tugu setelah sebelumnya menempuh perjalanan singkat dengan bus dari Magelang ke Jogja. Rencananya, kami bakal turun di stasiun Purwosari.
Kontingan Kopdar Blogger dari Magelang. The sweetest one is on the left
Perjalanan yang cukup jauh rupanya tak membuat kami merasa sayah dan lelah, maklum, bayangan akan kemeriahan kopdar seakan mampu menghapus lelah dan letih selama perjalanan, terutama saya, yang ndilalah kok ya bejo karena pas di kereta duduknya sebelahan sama mbak-mbak cantik yang putihnya kaya labur tujuh-belasan.
Sampai di Stasiun Purwosari, kami langsung meluncur ke RBI yang jaraknya memang cukup dekat. RBI inilah yang bakal menjadi tempat kumpul awal seluruh peserta sebelum diberangkatkan ke Karanganyar.
Oh ya, di Stasiun Purwosari, kami sempat ketemu sama Mas Bagus Gowes, salah satu peserta Kopdar Blogger juga yang ternyata masih satu kereta dengan kami tapi beda gerbong. Kami tidak bisa meluncur bareng ke RBI sama mas Bagus Gowes, karena sebagai goweser yang kaffah, beliau sudah sip sedia dengan sepeda lipatnya. Lagian, kan ndak etis juga kalau kami bertiga memaksa minta cengpat.
Akhirnya Melepas Kangen
Saya, Kokoh, dan Mas Lisin tiba di RBI sekitar pukul 11 siang. Di sana, kami langsung disambut oleh para peserta lain yang sudah hadir lebih dahulu. Sungguh, ini momen yang yang sangat membahagiakan. Bisa bertatap muka dan klangen-klangenan dengan sahabat-sahabat blogger dari berbagai daerah yang sudah lama saya tidak bertemu, ada juga beberapa kawan blogger yang saya belum pernah bertemu sama sekali, hanya sering bersua lewat media sosial.
Bersama Ndop, bandingkan mana yang terawat (kiri) dan tidak terawat (kanan)
Yah, sebutlah diantaranya ada Didik, Dito, Virmansyah, Ndop Dzofar, Frenavit, hingga Baba Rasarab. Tak ketinggalan juga blogger-bloger senior (sekali lagi, untuk tidak menyebutnya tua) seperti Kika Syafii, Maztrie, Donny BU, MartoArt, Adi Sunata, Didi Nugrahadi, hingga Lantip.
Kalau tidak ingat saya ini laki-laki, mungkin saya sudah nangis mimbik-mimbik saking terharunya.
Sebuah Villa Indah, di Lereng Gunung Lawu
Adalah sebuah villa milik pak Hasan yang berlokasi di Dusun Nglerak, Desa Segoro Gunung, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, yang menjadi venue penyelenggaraan acara Kopdar Blogger spesial yang mengambil tagline "Sepi ing Pamrih, Rame ing Blogging" ini.
Rumah Indah Pak Hasan di lereng Gunung Lawu (gambar oleh: Mas Dito)
Villa ini mempunyai pemandangan yang sangat indah lagi ciamik. Persawahan penduduk dengan hamparan pegunungan yang memanjakan mata. Di Villa ini, kita bisa menyaksikan matahari terbit dari balik Gunung Lawu, dan menyaksikan matahari tenggelam dengan perpaduan pemandangan Gunung Merapi dan Merbabu. Pokoke villa yang benar-benar yang-yangan-able.
Pemandangan persawahan dilihat dari rumah Pak Hasan (gambar oleh: Mas Dito)
Di villa inilah kami para peserta yang jumlahnya sekitar 60-an orang menghabiskan waktu sabtu minggu dengan berkopdar.
Butuh perjuangan yang tidak mudah untuk bisa mencapai villa pak Hasan ini. Karena untuk sampai ke sana, kami sampai harus bergonta-ganti kendaraan.
Dari RBI, saya bersama beberapa peserta lain didrop di terminal Tirtonadi, terminal yang sempat bikin kami terkagum-kagum karena saking luas dan bersihnya.
“Terminal kok resik’e koyo mene yo, ra pantes dadi terminal iki, cocoke bandara,” celetuk salah satu peserta Kopdar Blogger.
“Hoo, terminal sing kurang terminal, terminal murtad,”
“Pancen apik tenan kok yo, mesjid’e apik, karpet’e yo iseh empuk, koyo bokong kimcil.” balas yang lain.
Obrolan tentang terminal Tirtonadi ini sempat membuat kami tertawa ger-geran, maklum, sebagian besar dari kami memang belum pernah melihat terminal sebersih terinal Tirtonadi sebelumnya.
Dari Terminal Tirtonadi, kami naik bis umum sampai ke terminal Karanganyar. Perjalanan dari Tirtonadi ke terminal Karanganyar memakan waktu yang cukup lama. Saya duduk sebelahan sama Ndop Dzofar, blogger yang juga kondang sebagai seorang vektoris papan atas. Si Ndop ini rupanya seorang pembaca Mojok, sehingga sepanjang perjalanan, kami berdua ngobrol ngecuprus tentang Mojok.
Sampai di terminal Karanganyar, perjalanan dilanjut menggunakan minibus Elf ke Bale Branti, sebuah rumah makan berkonsep alam yang dibangun dari swadaya desa. Pemandangan kebun teh serta sawah dengan background pegunungan yang menghampar membuat kami merasa betah singgah di rumah makan ini.
Usai makan siang di Bale Branti (gambar oleh: Pakdhe Blontank)
Gentho-gentho yang siap ber-amar ma'ruf nahi mungkar (gambar oleh: Kang Gery)
Macak Kalem di Rumah makan Bale Branti (gambar oleh: Ndop Dzofar)
Nah, dari Bale Branti inilah perjalanan yang sesungguhnya dimulai. Saya bersama dua orang kawan bloger Magelang lainnya berangkat satu mobil bersama rombongan blogger Ponorogo yang terdiri dari Yuda Jidat, Pardi, Dafhy, dan Gofur.
Perjalanan benar-benar penuh halangan dan rintangan. Benar-benar My Trip My Adventure. Lha bayangkan saja, kami satu mobil harus nyasar sampai berkali-kali. Jidat (yang kami angap sebagai yang paling tidak punya malu) bahkan sampai harus naik-turun mobil untuk bertanya kepada penduduk setempat.
Berpose sejenak, Karena nyasar juga perlu diabadikan (gambar oleh: Yuda Jidat)
“Pokoke liyane ojo ngasi ngerti nek dhewe kesasar, reputasiku sebagai sopir iso rusak.” Kata Pardi dari balik kemudi.
“Ha nek liyane do takon, dhewe kudu njawab opo?” tanya saya.
“Gampang, teko jawab wae, dhewe telat mergo mau nulungi ibu-ibu kecelakaan nang ndalan,” Jawab Pardi selow. “Omong nek ibu-ibu sing kecelakaan kuwi sikile ngasi rempal mergo keplindes ban, ben luwih dramatis.” lanjutnya.
“Asuuuuu”
Tawa kami bertujuh pecah. Membayangkan betapa pentingnya sebuah reputasi sampai harus ditukar dengan sebuah dusta yang sangat murahan.
Gara-gara kenyasaran kami, kedatangan kami terpaksa harus terlambat. Rombongan lain sudah sampai di rumah pak Hasan sejak jam empat sore, sedangkan kami baru sampai sekitar jam setengah enam.
Kopdar yang Sekopdar-Kopdarnya.
Di rumah pak Hasan, peristiwa yang indah itu pun dimulai. Kami para peserta Kopdar langsung memasang badan untuk bercengkerama dengan peserta yang lain. Ngobrol ngalor ngidul, membahas dunia blog, pengalaman pribadi, nggosip kesana-kemari seperti ibu-ibu sosialita yang doyan arisan.
Pakdhe Blontank yang notabene sebagai penyelengara benar-benar membebaskan kami untuk ngobrol sepuasnya, tanpa ada batasan.
Sajian telo godhog dan jadah beserta jahe anget pun ikut menyemarakan obrolan kami.
Beberapa ada juga yang sibuk bermain ping-pong karena memang disediakan meja ping-pong di arena kopdar.
Lesehan bareng sesepuh pinisepuh, Rembug tuwo (gambar oleh: Bagus Gowes)
Pokoknya benar-benar gayeng. Kopdar yang sekopdar-kopdarnya. Tak heran, karena Pakdhe Blontank sendiri memang sudah mengatakan kepada saya, bahwa kopdar yang ingin ia wujudkan adalah kopdar yang santai, yang guyub, penuh obrolan, tanpa presentasi dari sponsor dan tetek bengek lainnya. Dan itu benar-benar terwujud di Kopdar Blogger kali ini.
Cukup dengan lesehan pun, kami sudah bahagia (gambar oleh: Pakdhe Blontank)
Nah, setelah puas gojeg dan kongkow-kongkow, malamnya kami berdiskusi bareng pak Menteri Kominfo yang secara tidak terduga alias surpres datang dan ikut meramaikan kopdar. Sebenarnya sih ndak surpres-surpres amat, karena kehadiran beliau memang sudah direncanakan, hanya saja sedari awal tidak diberitahukan bahwa beliau akan datang. Pakdhe hanya bilang kalau nanti bakal ada mistery guest yang ikut meramaikan acara Kopdar yang ternyata adalak Pak Menteri Kominfo, Pak Rudiantara.
Kehadiran Pak Menteri ini nyatanya tidak mengurangi kadar kecairan para blogger. Suasana tetap santai, tidak protap dan tidak birokrat. Bahkan saat Pak Menteri memaparkan materi di sesi diskusi pun, tetap terjalin gojegan dan tanya jawab yang penuh dengan humor yang segar. Ndilalah, pak Menteri yang satu ini ternyata juga punya selera humor yang lumayan tinggi.
Performance Stand Up materi dari pak Menteri (gambar oleh: Bagus Gowes)
Beberapa kali pak Menteri menimpali pertanyaan dan celetukan peserta dengan guyonan juga.
“Saya ini sebenarnya nggak pinter-pinter amat soal IT, banyak yang lebih pinter dari saya. Saya ini cuma pinter milih orang dan pinter cari temen.” Kata pak Rudiantara saat sesi diskusi
“Tapi kok bisa jadi menteri kominfo, pak?” celetuk salah satu peserta
“Kalau itu memang sudah garis tangan...”
Jawaban spontan dan lucu itu itu sontak membuat seluruh peserta tertawa. Sungguh Pak Menteri yang punya bakat terpendam jadi stand up comedian.
Begitulah, semalam penuh kami dibuat berfikir sambil tertawa, karena setiap materi dan paparan presentasi dari Pak Mentero selalu disisipi humor dan celetukan-celetukan nakal dari peserta.
Hingga presentasi selesai dan jadwal tidur tiba, para peserta seakan tak rela melepas begitu saja kebersamaan yang hangat antar blogger. Maka, jadwal tidur pun diganti begitu saja menjadi jadwal bakar-bakaran jagung di halaman rumah sampai larut.
Bakar jagung, perkara dimakan atau tidak, itu nomor dua (gambar oleh: Yuda Jidat)
Kesibukan hingga larut membuat banyak peserta baru bisa di sepertiga malam, beberapa malah baru bisa tidur menjelang pagi.
Dan ajaib, walau banyak yg terlambat tidur, namun seluruh peserta tidak ada yang terbangun kesiangan. Mungkin karena banyak yang tak ingin melewatkan sunrise di lereng lawu, sehingga banyak yang memasang alarm agar bisa bangun sepagi mungkin.
Pilihan untuk bangun pagi agaknya memang bukan pilihan yang salah. Karena pemandangan sunrise di balik gunung lawu memang indah dan ngedap-edapi. Lebih indah lagi karena bisa dinikmati sambil menyeruput teh hangat sembari gegojegan bersama kawan-kawan blogger.
Setelah puas menikmati sunrise dan kekaring menghangatkan badan. Acara dilanjutkan dengan diskusi blogger. Acara ini memang sudah direncanakan sebelumnya, yaitu untuk rembugan menyusun award blogger sebagai pengganti ISBA (Internet Sehat Blogger Awards) yang memang sudah sejak lama tidak aktif.
Tak berbeda jauh dengan diskusi semalam, diskusi pagi hari ini juga tak kalah ger-geran. Penuh dengan tawa, aktor utamanya adalah trio Pakdhe Blontank, Mas Lantip, dan Mas Marto yang celetukan-celetukannya nggateli setengah modiar dan mampu menarik urat tawa seluruh peserta diskusi.
Diskusi ini akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk segera menyusun konsep blogger award dan membentuk tim komitenya.
Setelah rehat sejenak pasca diskusi, acara kemudian dilanjutkan sharing bareng mas Jaka Balung. Seniman difabel yang terkenal karena karya-karya lukisannya yang dibuat menggunakan Microsoft Word.
Menyimak Mas Jaka Balung (gambar oleh: Pakdhe Blontank)
Mas Jaka Balung ini orangnya sangat jenaka. Para peserta tak henti-hentinya tertawa karena kelucuan mas Jaka Balung.
“Pokoknya, misi kami para difabel itu sederhana, kami ingin menggagalkan program pekan imunisasi folio, jadi agar banyak bayi terkena folio, sehingga generasi difabel bisa terus lestari,” canda mas Jaka Balung yang kemudian disambut dengan tawa para peserta.
“Setuju, kita dukung, mas... Semua orang berhak difabel.” celetuk Mas Lantip yang membut tawa peserta semakin membahana.
Difabel juga bisa kemaki dan Kemlinthi, hehehe (gambar oleh: Pakdhe Blontank)
Bersama Mas Jaka Balung, Demi Indonesia yang lebih Kemaki dan Kemlinthi
Acara kopdar blogger pagi itu sungguh tak ubahnya seperti show stand up comedy berjamaah. Banyak tawa, banyak canda, tapi sedikit mikirnya. Hahaha
Benar-benar kopdar blogger yang menyenangkan. Tak berlebihan jika saya menyebutnya sebagai Kopdar blogger paling gayeng yang pernah saya ikuti sepanjang saya berkecimpung di dunia per-blogger-an.
Dunia serasa milik kita berempat ya, dek? (abaikan makhluk yang di belakang itu)
Disini, kita pernah bergembira bersama (gambar oleh: Pakdhe Blontank)
Ah, matursuwun pakdhe Blontank dan kawan-kawan atas kopdar yang begitu berkesan ini. Semoga di kemudian hari, kita bisa berkopdar lagi seperti ini. Ngumpul lagi, gojegan lagi, guyub lagi. Karena bagaimanapun, Blogger tanpa Kopdar adalah bagaikan Donat tanpa Bolongan. Tetap ada, tapi kehilangan maknanya...
Sepi ing Pamrih Rame ing Blogging: Kopdar Blogger Super Gayeng
Pengalaman Lapor SPT Tahunan Langsung di Kantor Pelayanan Pajak
Hari ini, saya mencoba menjadi wajib pajak yang baik dengan melaporkan SPT Tahunan, sebab saya sadar, di era persaingan global seperti sekarang ini, ganteng dan sholeh saja tidak cukup.
Saya pengin lapor SPT via online yang, menurut banner yang saya baca di pertigaan pasar Muntilan, mudah dan cepat. Tapi apa daya, saya hanya bujang awam dan bodoh, tidak cukup pintar buat ngisi form laporan SPT via online karena banyak isian yang tidak saya mengerti. Saya takut salah, karena itulah saya pun memutuskan untuk memilih melapor langsung di KPP pajak. Yah, hitung-hitung silaturahmi. Siapa tahu ada satu dua pegawai kantor pajak yang beruntung bisa berjodoh dengan wajib pajak berkelakuan baik dan flamboyan seperti saya ini. Siapa tahu. Dari NPWP turun ke hati.
Saya datang ke KPP Pratama Magelang sekitar ba'da Dhuhur. Kondisi tempat pelayanan sudah penuh setengah modar, penuh dengan wajib pajak yang kebanyakan adalah PNS. Maklum sih, karena memang saya datang di tanggal-tanggal mepet menjelang batas akhir pelaporan SPT.
Begitu masuk, saya langsung diberi buku panduan berwarna hijau PPP setebal 59 halaman (yang kalau tidak sedang di KPP, mungkin saya sudah mengira sebagai buku panduan Gerakan Pemuda Ka'bah) beserta berlembar-lembar formulir yang harus diisi.
Sumpah, itu adalah formulir paling ribet yang pernah saya dapat sepanjang hidup saya.
Sebagai generasi yang terbiasa mencentang kotak "I agree about the terms and conditions" tanpa membaca lebih dulu terms dan conditions-nya, saya merasa sangat pusing dengan form ribet itu.
Ingin rasanya saya banting itu formulir. Lha saya ini sudah bayar pajak, kok ya masih saja disuruh ngisi berlembar-lembar formulir yang demi kerang ajaib hanya saya pahami satu dua poin saja.
Beruntung, saya duduk bersebelahan dengan ibu-ibu yang berkenan membantu saya mengisi formulir. Mungkin karena ia ndak tega melihat saya kebingungan memahami formulir yang ada di depan saya.
“Mas, diisi yang mas mudeng saja, yang ndak mudeng ndak usah isi, sisanya biar mereka yang ngisi,” kata si ibu sambil menunjuk petugas di meja. “Enak aja, kita udah bayar pajak, kok masih dibikin bingung sama formulir,” lanjutnya...
Saya sependapat dan menuruti apa kata si ibu. Saya isi sekenanya saja. Ha mbok prek, mau dibilang goblok yo terserah.
Formulir yang sudah saya isi kemudian saya berikan ke petugas yang lagi-lagi seorang ibu-ibu.
“Wah, masih banyak yang kosong ya” kata Ibu petugas.
“Nggih bu, saya ini ndak mudeng sama formulirnya, jadi saya isi yang saya mudeng saja,”
Si ibu petugas agaknya maklum, apalagi setelah melihat wajah saya yang kelihatannya tidak punya sedikitpun gurat-gurat edukasi.
Dan luar biasa, si ibu petugas dengan sangat sabar membimbing saya mengisikan formulir, ia bahkan tak segan menjelaskan pada saya tentang mekanisme pajak dan tetek bengek lainnya.
Tak butuh waktu lama bagi saya untuk menyelesaikan proses laporan. Hanya sekitar 15 menit, ngantrinya saja yang lama.
Dengan bantuan dua ibu-ibu yang luar biasa, hari ini saya sukses melapor SPT Tahunan saya.
Momen ini pada akhirnya menyadarkan saya, bahwa yang namanya ibu-ibu bukan hanya makhluk yang sein ke kiri beloknya ke kanan, tapi juga makhluk yang sabar dan mau memberikan pelayanan yang baik kepada sesama.
Nah, bagi anda yang belum lapor SPT tahunan, segeralah melapor, itu penting untuk membuktikan bahwa anda adalah wajib pajak yang baik. Karena untuk menjadi menantu yang baik, bisa dimulai dari menjadi wajib pajak yang baik.
Snack Rasa Bahagia
Di kemasannya tertulis "Berhadiah menarik bila beruntung"
Padahal asal sampeyan tahu, setiap kali saya beli snack ini, selalu ada hadiah di dalamnya, kawan-kawan saya juga begitu. Kemarin saya beli serenteng, dan semuanya ada hadiahnya (walau cuma mainan gangsing kecil yang tidak punya nilai jual ekonomis)
Jadi, beruntung atau tidak, sebenarnya sampeyan akan tetap mendapatkan hadiah kecil di dalam kemasannya.
Nah, snack model seperti inilah yang seharusnya banyak didapatkan oleh anak-anak. Karena Ia snack yang menyebarkan kebahagiaan. Setiap kali anak-anak membaca kemasannya kemudian membukanya, dan ia menemukan ada hadiah kecil di dalamnya, maka ia akan bungah karena merasa menjadi anak yang terpilih dan beruntung. Ia merasa menjadi anak yang diberkati.
Menurut saya, sekali lagi menurut saya, hakikat utama snack bagi anak-anak bukanlah rasa atau gizinya, melainkan kebahagiaan anak-anak saat memakannya.
Percayalah, Raut bahagia anak-anak saat mendapatkan Tazos di dalam kemasan Chiki atau mendapatkan huruf N di bungkus permen karet Yosan adalah jauh lebih berharga ketimbang Omega 3, Asam Folat, atau Vitamin B Kompleks sekalipun...
Perisai Malu di Alfamart
Tadi malam ke Alfamart, maksud hati mau beli nugget sama pemotong kuku. Begitu masuk, langsung lihat ke pojokan, celingak-celinguk, dan ternata memang hanya ada freezer buat es krim, ndak ada freezer buat nugget.
“Mas, nuggetnya ndak ada ya?” tanya saya kepada mas kasir
“Wah, ndak ada je mas,” jawabnya ramah
“Kalau pemotong kuku, ada nggak?”
“Ada mas, tapi maaf, harganya mahal,”
Dalam hati, saya mangkel, jengkel, merasa dihinakan. Dikiranya saya ini miskin banget apa, sampai mau beli pemotong kuku saja sampai harus di-ultimatum kalau harganya mahal.
“Memangnya berapa sih, mas?” Tanya saya agak jengkel dengan nada yang cukup menantang
“Dua puluh tiga ribu, mas,”
Saya kaget, mak jenggirat. Wah, jebul memang mahal harganya. Saya pikir semahal-mahalnya itu ndak bakal lebih dari sepuluh ribu. Ternyata kok malah dua puluh tiga ribu, trembelane. Tentu saya ndak jadi beli. Ha telu likur ewu mosok cuma buat pemotong kuku, sangat tidak ekonomis dan pro kerakyatan, padahal dengan harga yang sama, duit segitu sudah dapat dua bungkus kondom sutra.
Pada akhirnya, saya jadinya beli satu buah es krim plus wafer merk Superman. Total habis 14 ribu. Itu cuma sebagai perisai malu saja, mosok sudah masuk Alfamart, tapi ndak jadi beli apa-apa, kan malu-maluin. Bagaimanapun juga, saya ini sudah pernah masuk tivi je...
Tentang Wirausaha Mandiri Expo 2016
Sebagai anak muda dengan hormon yang testosteron yang turah-turah (walau banyak yang mengira saya sudah tua karena sudah punya kumis putih, padahal jelas-jelas itu gigi, bukan kumis), saya selalu merasa bahwa anak-anak muda Indonesia masih sangat minim jiwa wirausaha.
Parameternya tentu saja masih klise, yaitu saat ditanya cita-cita, sebagian besar masih menjawab dengan jawaban profesi non-wirausaha, seperti polisi, guru, tentara, dokter, dan tentu saja, profesi sejuta umat idaman anak bangsa: PNS.
Saya tak mengatakan bahwa profesi-profesi non-wirausaha tadi buruk, namun jika melihat kesenjangan yang ada sekarang ini, tentu akan baik jika para pemuda mulai mempertimbangkan wirausaha sebagai cita-cita baru, mengingat antrian seleksi untuk menjadi polisi, guru, tentara, PNS, dan sebagainya itu tadi sudah sangat sedemikian penuh.
Saya jadi ingat dengan wawancara Tim Mojok bersama Gibran Rakabuming beberapa waktu yang lalu, Gibran yang seorang wirausahawan kuliner pilih tanding ini mengatakan bahwa kultur berwirausaha bagi anak muda di Indonesia masih sangat kecil, hal itu berbeda jauh dengan lingkungan pendidikan tempat ia sekolah dulu (di Singapura dan Australia), dimana para pelajar sudah dididik untuk mampu berwirausaha sedini mungkin, karena selain mampu menjanjikan omset yang tak kalah besar dibandingkan dengan profesi mentereng non-wirausaha, juga mampu membantu menyediakan lapangan kerja untuk orang lain yang belum mempunyai pekerjaan.
Wirausahawan jelas diperlukan, terlebih di lingkungan yang penuh dengan pengangguran yang punya prinsip "penting iso ngrokok ro ngopi we wis cukup"
Hal ini tentu perlu menjadi perhatian besar bagi kita, karena bagaimanapun, dunia wirausaha (terutama yang menyangkut pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) adalah salah satu pilar perekonomian Indonesia.
Kabar baiknya, dalam satu dekade terakhir, kesadaran akan dunia wirausaha di Indonesia semakin membaik seiring dengan makin majunya teknologi informasi dan komunikasi.
Mulai banyak perusahaan serta institusi yang peduli dengan perkembangan kewirausahaan untuk generasi muda. Sudah banyak sekolah-sekolah yang memasukkan kewirausahaan sebagai mata pelajaran tambahan. Pun, begitu juga dengan perusahaan-perusahaan nasional yang sudah mulai aktif menyalurkan CSR-nya untuk kegiataan kewirausahaan.
Satu diantaranya adalah Bank Mandiri dengan program Wirausaha Muda Mandiri-nya yang sejak tahun 2007, alumni programnya banyak yang sudah melanglang buana di dunia kewirausahaan, seperti Odi Anindito (PT. Coffee Toffee Indonesia), Hendy Setiono (Kebab Turki Baba Rafi), hingga yang paling fenomenal, Elang Gumilang (developer properti pemilik Elang Group).
Para finalis program Wirausaha Muda Mandiri ini, selain akan diberikan modal dan pendampingan, usahanya juga akan dipamerkan di Wirausaha Mandiri Expo, sebuah expo tahunan yang digelar di setiap akhir periode program Wirausaha Muda Mandiri. Expo akbar ini memamerkan aneka produk dan jasa kreatif di bidang Industri, Perdagangan dan Jasa, Boga, Teknologi serta Usaha sosial berbasis komunitas yang semuanya ditawarkan oleh para finalis program Wirausaha Muda Mandiri.
Expo yang setiap tahunnya selalu dihadiri oleh lebih dari puluhan ribu pengunjung ini dibuka untuk masyarakat umum tanpa dipungut biaya sepeserpun, Yah, kecuali biaya parkir lah.
Nah, Untuk penyelenggaraan tahun ini (2016), Jogjakarta dipilih sebagai tuan rumah Wirausaha Mandiri Expo. Selain karena dikenal sebagai kota yang penuh dengan kenangan mahasiswa-mahasiswa kreatif, Jogja juga merupakan salah satu kota yang rutin menyumbangkan perwakilan finalis di program Wirausaha Muda Mandiri.
Oh ya, silahkan catat biar tidak lupa, Wirausaha Mandiri Expo 2016 akan berlangsung dari tanggal 8-10 Maret 2016 di Ghra Sabha Pramana (Kampus Universitas Gadjah Mada), Yogyakarta.
Wirausaha Mandiri Expo 2016 ini bertujuan untuk memfasilitasi sekaligus mempromosikan produk dan jasa para generasi muda yang berprestasi dan mengikuti program Wirausaha Muda Mandiri agar dapat mengembangkan usahanya. Kegiatan ini juga akan menghadirkan talkshow kewirausahaan yang ditujukan sebagai wadah sharing informasi dan pengetahuan baru terkait dunia kewirausahaan. (Monggo, barangkali anda punya bisnis delivery arem-arem atau krupuk rambak dan ingin memajukan bisnisnya, bisa lho ikut sharing-sharing bisnis di talkshow ini)
Event ini akan menghadirkan hingga 200 stand finalis dan alumni program Wirausaha Muda Mandiri yang akan menampilkan berbagai jenis produk sebagai berikut Kreatif, Industri, Perdagangan dan Jasa, Boga, Teknologi serta Usaha sosial berbasis komunitas.
Menariknya Wirausaha Mandiri Expo ini, pengunjung yang datang tidak disarankan untuk membawa uang banyak-banyak, selain agar tidak mudah kecopetan dan menimbulkan sensasi pamer duit yang berlebih, hal ini juga dimaksudkan agar pengunjung bisa menikmati pengalaman cashless transaction untuk seluruh tenant di area Wirausaha Mandiri expo, nantinya pengunjung bisa bertransaksi menggunakan kartu debit Bank Mandiri, kartu kredit Bank Mandiri, E-money, dan E-cash. Pengunjung yang belum memiliki produk Bank Mandiri dapat tetap bertransaksi dengan membeli kartu e-money yang tersedia di stand e-money.
Nah, monggo, barangkali sampeyan selo dan berkenan untuk datang ke acara yang ciamik dan tokcer ini. Yah, siapa tahu sampeyan jadi punya referensi bisnis wirausaha yang bisa sampeyan kembangkan. Atau siapa tahu juga, jika sampeyan perempuan, disana sampeyan bisa ketemu sama calon suami wirausaha yang siap menanggung nafkah lahir anda dengan sangat berkecupukan.
Atau kalau sampeyan perempuan dan merasa butuh pelindung atau barengan buat berangkat ke acara, langsung japri saya saja. Saya selalu siap.
Namanya Gibran Rakabuming
Bapak saya Hansip, sedangkan bapak dia Presiden. Tak heran saat kami dipertemukan, saya merasa seperti ada ikatan batin yang sangat kuat, mungkin karena bapak kami sama-sama punya tugas untuk menjaga stabilitas nasional (dalam ruang lingkup yang berbeda, tentunya).
Saya sengaja merem agar tercipta keseimbangan yang kosmis. Soalnya Gibran melek dan mulutnya mingkem, sedangkan saya justru mulutnya yang melek, maka agar imbang, mata harus merem. Begitulah, Yin dan Yang memang harus selalu dijaga.
Nah, kalau anda, terserah, mau merem atau melek, mingkem atau ngowoh, bebas... Yang penting, jangan lupa buka Mojok.co, dan baca Wawancara kru Mojok dengan Gibran ini.