Agus Mulyadi Njaluk Rabi

Terlewat satu episode, dan itu buruk

| Wednesday 8 January 2014 |

Kadang saya kok merasakan, Sinetron itu lebih candu ketimbang rokok ya. Bayangkan saja, kalau rokok, terlewat sekali, mungkin tak terlalu jadi soal, tapi kalau sinetron, terlewat satu episode saja, rasanya penuh penyesalan bukan kepalang. Dan itu yang saya kira sedang melanda nenek saya dua hari ini.

Awal persisnya dua hari lalu, ba'da maghrib, entah mengapa saya yang biasanya ndak bernafsu nonton tivi sore-sore, tiba-tiba jadi punya hasrat untuk mantengin si kotak ajaib. Padahal biasanya habis dari Mushola setelah menunaikan shalat maghrib, saya langsung melaksanakan agenda rutin saya, menari di atas keyboard, entah untuk facebookan, twitteran, ngeblog, atau sekedar melihat-lihat berita dari aneka portal berita online.

Eh, Ndilalah sore itu kok ada acara bagus di Kompas TV, dan kebetulan saya suka, sampai tak terasa, ternyata dari ba'da maghrib sampai isya', itu Televisi secara tak sadar telah saya monopoli. Dan Ndilalah juga, Nenek saya ndak inget kalau jam itu adalah jam wajib bagi beliau untuk mantengin sinetron kesukaanya. Soalnya biasanya, televisi di rumah saya sudah senantiasa diset di channel RCTI (Channel sinetron pujaan beliau), jadi setiap sore, begitu televisi dinyalakan, dan musik pembuka sinetron terdengar, nenek saya langsung duduk manis di depan layar kaca, untuk selanjutnya diam hening dan terhanyut dalam pusaran kisah sinetron yang terlalu klise. Sesekali nenek saya tertawa terkekeh, dan sesekali pula nenek saya mencibir.

Esoknya, Entah bagaimana ceritanya, ketinggalan satu episode sehari yang lalu bisa membuat nenek saya jadi agak mekekel. Hari ini, sore ini. Entah sudah berapa kali nenek saya bergumam "Goro-goro kowe ki gus, njuk ketinggalan ceritane sing wingi!". Posisi kamar saya yang tak jauh dari ruang tengah ─tempat Tivi diletakkan─ pun memaksa saya untuk mendengar gumaman nenek saya.

Bukan hanya satu kali dua kali, tapi berkali-kali. Seolah-olah kesalahan saya dua hari lalu yang tak lebih dari satu jam itu begitu fatalnya di mata nenek.

Duh.. padahal kalau dalam pandangan saya, ketinggalan satu episode saja kan bukan perkara besar. Lagian kan juga masih bisa ditanyakan sama Mbak Lia, tetangga depan rumah yang juga menjatuhkan cintanya pada sinetron.

Dan lagipula, sinetron kita ini kan biasanya ceritanya sudah bisa tertebak. Tak misterius seperti telenovela atau opera sabun khas Amerika. Pembahasannya kan biasanya hanya dua, kalau ndak rebutan jejaka, pastilah kisah anak yang tertukar. Bah, saya kadang sampai ndak habis fikir, kalau di sinetron entah mengapa bayi bisa seperti sandal Swallow: begitu mudah tertukar dengan yang lain.

Yah, tapi itulah nyatanya. Saya bukanlah nenek, dan nenek bukanlah saya.




Sawer blog ini

12 comments :

  1. Top markotob, ini ceritanya persis kaya pengalaman saya, hanya saja kalau saya bukan sama nenek, tapi sama Mamak. bener kata mas Agus, Sinetron memang seperti Candu

    ReplyDelete
  2. pantesan sinetron tetep laris..

    ReplyDelete
  3. wkwkwkkw.. iya gus, saya tidak habis pikir dengan orang tua kok bisa suka dengan sinetron, hehehehe.. Faktanya, nenek saya mirip juga dengan nenek kamu gus. Sinetron banget, suka ketawa sendiri hihihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ke tho, kandani og... Jaman saiki ibu-ibu ro mbah-mbah ki wis nyilek nek disuguhi sinetron....

      Delete
  4. semoga besok ada cerita tentang perjuangan seorang blogger yang telat rabi ya mas.

    ReplyDelete
  5. Bismillah. Nganu Gus, aku yo pernah koyo ngunu kui.. tapi lebih extrem! Ceritane mbiyen keluargaku nduwe pembantu wedok.. seng kecanduan sama sinetron tersanjung. Lha ceritane aku pulang kuliah, khan kesel gus, klekaran neng arep tipi. Pas aku datang, pas pembantune diutus bapak bikin kopi, lha pas kui sinetron tersanjung sedang tayang. Banjur tak ganti Gus chanell'e, nonton liyane. Lhabadalah.. pembantuku dari dapur ngerti2 udruk2 mlaku nang arahku, banjur remote tipi diminta paksa karo mecucu nganti mrongos.. trus diganti meneh nang sinetron tersangjung. Bayangpun Gus, goro2 sinetron, nganti pembantu ora mikir dipecat utowo minimal dicangkemi. Tobat njaran!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, nek kui pembantu nracak bos.... hehehe.. wis wani perih pembantu'ne

      Delete
  6. aq mlah kakek yang nyandu sinetron, hadeuh

    ReplyDelete
  7. bayi koyo sandal swallow :))
    nendang di akhir bro haha

    ReplyDelete

Tentang Saya

Saya Agus Mulyadi, biasa dipanggil Gus Mul (bukan lulusan pesantren seperti Gus Dur, Gus Muh, maupun Gus Mus. Gus Mul hanya akronim dari nama saya). Blogger dan Freelance Layouter. Kini berusia 24 tahun. Aktif di Karang Taruna dan Komunitas Blogger Magelang Pendekar Tidar. Profil lebih lengkap, Lihat Disini
 
Copyright © 2010 Blog Agus Mulyadi , All rights reserved
Design by DZignine . Powered by Blogger