Agus Mulyadi Njaluk Rabi

Mampir ke Kampung Arab Al-Munawar Palembang

| Sunday 15 May 2016 |

“Orang Arab itu antitesanya orang Sunda. Kalau orang Sunda ngomong F jadi P, nah kalau orang Arab, ngomong P malah jadi F”
– (Yanto, 23 tahun, penjual obat kuat)

Yah, Itu adalah salah satu humor jayus yang sedikit banyak lumayan memberikan saya gambaran dasar tentang orang Arab.

Saya memang tak terlalu mengenal bagaimana orang Arab. Yang saya tahu ya hanya sekadar dari sentimen yang muncul dari masyarakat tentang orang arab. Misalnya, orang arab itu dzikirnya faseh, orang Arab itu raja minyak, atau yang paling ekstrem, orang Arab itu anunya gedhe.

Kalau di Magelang (kota kecil tempat saya tinggal), orang-orang arab selalu identik dengan juragan mebel. Ini generalisir yang sangat beralasan, karena memang toko-toko mebel di sepanjang jalan A. Yani dan jalan Ikhlas hampir seluruhnya dimiliki oleh orang-orang keturunan arab. Yah, mungkin orang-orang keturunan arab di Magelang memang punya chemistri yang kuat dengan meja, kursi, bufet, dan almari.

Pemahaman saya tentang orang arab memang masih sangat cetek. Maklum, saya jarang punya temen keturunan arab. Jadinya ya cuma bisa meraba sedapatnya.

Maka, betapa beruntungnya saya saat mendapat kesempatan untuk mengunjungi Kampung Arab Al Munawar di Palembang, salah satu kampung Arab yang paling termasyur di Indonesia.


Salah satu sudut Kampung Arab Al Munawar

Adalah Kementerian Pariwisata RI, yang secara baik hati dan khilaf bersedia mengundang saya untuk berdarmawisata ke Palembang. Saya bersama beberapa blogger diundang untuk meliput destinasi wisata di Palembang dalam rangka meramaikan dan menyemarakkan event International Musi Triboatton 2016, yang mana salah satu destinasinya adalah Kampung Arab Al Munawar.

Kampung Arab Al Munawar ini berada di kawasan 13 Ulu, pesisir sungai Musi. Untuk menuju ke lokasi kampung arab ini, bisa melalui dua jalur, jalur pertama via jalur darat, sedangkan jalur kedua via jalur sungai alias menyusuri sungai Musi menggunakan perahu.

Panitia memilih untuk menggunakan jalur sungai. Sungguh pilihan yang cocok bagi saya, mengingat saya adalah sosok pria yang sangat suka menantang bahaya dan memacu adrenalin. Lagipula, kami juga sadar, bahwa nenek moyang kami adalah pelaut, bukan supir travel.


Jalesveva Jayamahe... 

Butuh waktu sekitar 30 menit perjalanan dari dermaga jembatan Ampera sampai ke kampung Arab Al Munawar.

Begitu turun dari perahu dan sampai di gerbang kampung Arab Al Munawar, gambaran saya tentang perkampungan arab yang sudah saya simpan sejak lama sirna sudah. Saya pikir, lha namanya saja kampung arab, harusnya kan ya tandus, penuh pasir, sesekali ada pohon korma atau ontanya, ealah, ternyata bukan. Sama sekali ndak ada nuansa padang pasirnya. Hahaha


Akhirnya, sampai juga di gerbang kampung Arab Al Munawar


Teras rumah yang cocok buat gathering atau diskusi pendekar antar padepokan

Di kampung Arab Al Munawar ini, ada sekitar belasan rumah panggung tradisional bergaya limas yang rata-rata sudah berusia lebih dari seratus tahun. Jalannya tak jauh berbeda dengan jalan kampung kebanyakan. Yang membedakan adalah bangunan-bangunannya yang lawas dan eksotis.


Daihatsu Alya, bukan Ayla (bacanya harus dari kanan ke kiri, kan kampung arab)

Kampung Al Munawar ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Palembang. Namun, kendati begitu, Kampung ini seakan tak pernah berhias untuk menjadi tempat wisata, penduduk kampung ini menjalani hidup seperti biasa, seperti tak perduli jika mereka dan lingkungan perkampungan mereka menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik di Palembang. Dan jujur, bagi saya, justru itulah yang menjadi daya tarik sendiri bagi banyak wisatawan yang datang ke situ. Jadi, jangan harap anda bakal menemukan pedagang-pedagang keliling yang menawarkan anda tasbih atau lukisan onta padang pasir di kampung arab ini.


Menyusuri jalanan kampung Arab, ndak perlu takut ketemu begal


Utamakan Ukhuwah, stiker ciamik di salah satu sudut kampung Al Munawar


Penduduk Kampung Arab bercerita soal sejarah Kampung Arab Al Munawar

Penduduk kampung arab umumnya berprofesi sebagai pedagang. Sebagian besar rumah-rumah tua di kampung-kampung itu dihuni secara turun-temurun, sehingga sudah menjadi hal yang lumrah bila di satu rumah bisa dihuni oleh beberapa kepala keluarga.


Vintage dan eksotis, berasa seperti tersedot ke masa lalu


Vintage dan eksotis, berasa seperti tersedot ke masa lalu (2)

Di Kampung Arab Al Munawar ini, terdapat satu Madrasah Ibtidaiyah yang menjadi tempat belajar anak-anak Kampung Arab Al Munawar dan sekitarnya. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Kautsar namanya.


Di depan gerbang Madrasah Ibtidaiyah Al-Kautsar

Sama seperti rumah-rumah penduduk di Kampung arab Al-Munawar, Madrasah ini juga mempunyai bentuk bangunan yang vintage dan eksentrik.


Alhamdulillah, salah satu murid masih sudi untuk saya ajak foto bareng


Jam pulang sekolah memang selalu menjadi anugrah yang paling indah 


Iman dulu, baru aman, kemalingan nggak apa-apa, yang penting tetap beriman


Ruang kelas yang minimalis 


Presidennya masih tetap Pak Beye... 


Mushola dan perpustakaan


Sengaja ditulis salah, karena sejatinya, kebenaran hanya milik Allah semata


Yang penting bisa baca Al-Quran, bisa baca kode dari cewek, itu mah bonus.

Saya hanya setengah hari menghabiskan waktu di kampung arab ini. Dan selama setengah hari itu, saya puas menikmati keindahan bangunannya, mendengarkan cerita-cerita seru para penduduknya, melihat keceriaan anak-anak kecilnya, juga merasakan kehangatan dan senyum warganya. Benar-benar pengalaman yang rasanya akan sangat sulit untuk dilepas.


Di Kampung Arab pun, Boboiboy masih tetap jadi idola

Sungguh, suatu saat, jika anda mampir ke Palembang, maka anda wajib berkunjung ke kampung arab ini, yah, siapa tahu, anda dapat facar ferempuan Falembang yang finter dan fenyayang... Eh Lho, kok saya jadi ketularan arab begini ya?




Sawer blog ini

34 comments :

  1. Cak Agus...sampeyan nang kampung arab gak onok sing kecantol kah? hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. sing kecantol sih akeh, aku ae sing bungung milih

      Delete
  2. Wogh...suka menantang bahaya dan memacu adrenalin... ngweriiiyyy

    ReplyDelete
  3. ora ono wedoke kah ...? minimal ada gadis desa lewat..

    ReplyDelete
    Replies
    1. yo ono, tapi yo mosok kudu tak foto njuk tak upload..

      Delete
  4. Wah.. sampeyan ora kok ra ngabari aku Gus... omahku cedak kampung Arab iku... mlaku mung 1 kilometer..

    ReplyDelete
    Replies
    1. walah, lha aku ki wis kabar-kabar lewat facebook lho...

      Delete
  5. Idaylum Suga bukan Agus Mulyadi... Namanya juga post tentang Arab, jadi bacanya juga harus dari kanan ke kiri terus lurus aja, mentok ada perempatan, balik kanan, sampai dah... Sampai bingung ckck

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kok walikan begitu, di kampung Arab atau di malang?

      Delete
    2. Kok walikan begitu, di kampung Arab atau di malang?

      Delete
    3. wahahaha, iyo... malah njuk kok ngalam

      Delete
  6. Syukur mas sudah ke sana. Saya lama tinggal di Palembang, tapi belum pernah berkunjung ke perkampungan Arab tersebut.

    5yahrirh4kim@gmail.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. walah, lha kok kebangeten sampeyan, mas... hahaha

      Delete
  7. Nyang Ampel suroboyo, gus, lengkap

    ReplyDelete
  8. Nggolek cwek keturunan Arab gak koe, Gus? Mayan loh hahahhahhaa

    ReplyDelete
  9. dapet apa mas jadi di kampung arab?
    namanya juga uusaha kan ya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang jelas dapat pengalaman, mbak... itu aja dulu, kalau yang lain, bisa nyusul...

      Delete
  10. POTO WAJAH CEWEK ARABE ENDI GUS??
    :)

    ReplyDelete
  11. sengaja menteri undang kamu gus soalnya di kampung arab ada yang hilang ???!!!

    ReplyDelete
  12. sing penting akur akur meskipun bukan keturunan suku indonesia

    ReplyDelete
  13. aku malah bene reti lo mas nek ning falembang ono kampung arab, sukron mas agus ente udah nambah pengthuan saya... :)

    ReplyDelete
  14. Boleh kamu carikan Arab famili yang tinggal di Palembang, di mana datuk mereka berhijrah dari Saudi ke Palembang manakala abang datuknya berhijrah ke Singapura sebelum tahun 1900. Saya mencari tribe saya.

    ReplyDelete
  15. "Jadi, jangan harap anda bakal menemukan pedagang-pedagang keliling yang menawarkan anda tasbih atau lukisan onta padang pasir di kampung arab ini."

    Amin, semoga terus begitu ya Gus. Biar kampung arab tetap alami dan penduduknya tetap ramah seperti sekarang. Nanti ke sana lagi Gus, main kelereng sama bocah2 hehe

    ReplyDelete
  16. darma wisata yg asoy banget..

    ReplyDelete
  17. Hahaha..keren bgt tulisannya mas agus..rencana mau ke Palembang tahun ini..semoga bisa mampir ke Kampung Arab..Maturnuwun

    ReplyDelete
  18. I'm thinking to start playing online poker, saw that website, seems to be a good place ...
    agen taruhan bola

    ReplyDelete
  19. Wah traveling terus nih Mas Agus, apa hikmah yang bisa di ambil dari kampung arab diPalembang. :)

    ReplyDelete
  20. Mas iku buka jam piro mas...?
    Klo sabtu minggu buka ora mas..?

    ReplyDelete
  21. Makasih mas, blognya menghibur dan bermanfaat utk menambah pengetahuan. Semoga semakin sukses mas

    ReplyDelete

Tentang Saya

Saya Agus Mulyadi, biasa dipanggil Gus Mul (bukan lulusan pesantren seperti Gus Dur, Gus Muh, maupun Gus Mus. Gus Mul hanya akronim dari nama saya). Blogger dan Freelance Layouter. Kini berusia 24 tahun. Aktif di Karang Taruna dan Komunitas Blogger Magelang Pendekar Tidar. Profil lebih lengkap, Lihat Disini
 
Copyright © 2010 Blog Agus Mulyadi , All rights reserved
Design by DZignine . Powered by Blogger