Agus Mulyadi Njaluk Rabi

Iman Murah Meriah

| Friday 25 October 2019 |

Salat jumat tadi siang, sesaat sebelum takbiratul ihram, seperti biasa, saya meletakkan kaca mata saya di depan saya.

Lhadalah, lha kok ternyata ada anak kecil yang benar-benar menganggu kekhusyukan salat saya sekaligus bikin jantung saya syir-syiran.

Ia berlarian di depan barisan shaf salat saya. Tentu saja saya mak tratap. Saya takut kaca mata saya terinjak.

Lha gimana, ini sudah kali ketiga saya ganti kaca mata, dan tiap kali ganti, koceknya lumayan terasa. Kaca mata saya ini harganya nggak mahal-mahal amat sih, tapi juga nggak murah-murah amat. 1,3 juta. Kalau sampai terinjak, ya tekor juga.

Salat saya benar-benar kacau. Kepikiran terus sama kaca mata.

Untung saja, sepanjang rakaat pertama, si anak kecil tersebut berlarian ke arah shaf yang menjauhi saya.

Tapi dasar nasib. Pas rakaat kedua, sesaat setelah saya bangkit dari rukuk, si anak ternyata berlari ke arah depan saya. Posisi kaki si anak tersebut saya perkiraan bakal menginjak kaca mata saya.

Dalam jarak yang sangat tipis, tangan dan mulut saya reflek.

“Awas!” teriak saya sembari memajukan tangan menghalau si anak.

Saya lemas. Batal sudah salat jumat saya.

Maka, mau tak mau, saya harus mengganti salat jumat saya dengan salat Duhur.

Saya sedih. Bukan karena saya harus mengganti salat saya, melainkan karena iman saya ternyata masih murah, sampai-sampai saya tidak bisa menjaga kekhusyukan salat hanya karena kaca mata.

Saya jadi ingat kisah khalifah Umar bin Khattab RA. Beliau pernah tertinggal salat asar berjamaah karena sibuk dengan kebun kurmanya. Beliau sungguh menyesal atas hal itu. Sebagai penebusan, Beliau pun lantas menyedekahkan kebun kurma miliknya.

Malam ini, saya mengamati kaca mata saya lekat-lekat.

Dalam hati, terpikir pertanyaan “Haruskah saya meniru khalifah Umar? Haruskah saya menyedekahkan kaca mata ini?”

Lima detik kemudian, dari dalam hati pula, tersirat jawaban, “Ojo, Gus. 1,3 juta, je!”

Saya makin yakin. Iman saya memang murah meriah.




Sawer blog ini

11 comments :

  1. Maya semono, Gus. Iso gawe nyicil duet kosan hahahahahah

    ReplyDelete
  2. Mataku wis rebeng-rebeng ngene yo rung tumbas cemata, Gus. Regane kuwi sing nggawe maju mundur, bayaran SPP anakku rong wulan je, wkwkwk.

    ReplyDelete
  3. Q yo mak tratab mas gus.
    Iki gawe palajaran awae dewe kabeh, ternyata selama ini iman awake dewe iki iseh murah sekaligus lemah. Kadang iman iso dibayar karo bondo..lak yo ngono kui to...mugo2 imane dewe kabeh iso meningkat...

    ReplyDelete
  4. maafkan saya ketawa ketika anda bilang AWAS.. HEH

    ReplyDelete
  5. Walah iyo aku yo wes kudu ganti kocomoto

    ReplyDelete
  6. Aku Yo ngeroso imanku murah Gus. Abot le mergawe timbang ngibadah, utamane sholat. Sholat telat terus, jamaah ratau blas, kecuali jumatan. Murah banget pokoke imanku Gus. Opo Yo tak hibahke wae gaweanku.

    ReplyDelete
  7. wah bukune bagus bagus mas, jadi pengen beli dan coba baca nih :D

    ReplyDelete
  8. Argumentasinya jangan menyelamatkan kacamata, Gus.

    Tapi menyelematkan kaki si anak, supaya tidak luka kena pecahan kaca.

    Gitulooo

    ReplyDelete
  9. iman seng larang kepriye gus? he he

    ReplyDelete
  10. iman saya juga sering naik turun udah kaya ingueh aja haha

    ReplyDelete

Tentang Saya

Saya Agus Mulyadi, biasa dipanggil Gus Mul (bukan lulusan pesantren seperti Gus Dur, Gus Muh, maupun Gus Mus. Gus Mul hanya akronim dari nama saya). Blogger dan Freelance Layouter. Kini berusia 24 tahun. Aktif di Karang Taruna dan Komunitas Blogger Magelang Pendekar Tidar. Profil lebih lengkap, Lihat Disini
 
Copyright © 2010 Blog Agus Mulyadi , All rights reserved
Design by DZignine . Powered by Blogger