Agus Mulyadi Njaluk Rabi

Ketenangan Mertua

| Wednesday 7 April 2021 |

agus kalis

Di salah satu ruang perawatan, saya dan Kalis menunggui bapak mertua saya yang memang baru saja masuk (lagi) ke Bethesda karena serangan stroke hemoragik (setidaknya begitu menurut diagnosa dokter yang menanganinya).

Kaki kanan dan tangan kanan bapak mertua saya lemah dan tidak bisa digerakkan dengan optimal.

Sambil berbaring, dengan tangan kirinya, bapak mertua saya berkali-kali mencopot masker yang dia pakai dan kemudian mencubit-cubit pipi kanan dan kirinya.

Usut punya usut, ia ternyata ingin memastikan bahwa wajahnya tidak melorot seperti kebanyakan orang yang kena gejala stroke.

“Wajah bapak nggak melorot, kok,” kata Kalis berusaha menenangkan bapaknya itu. “Wajah bapak masih ngganteng, kaya bojoku.”

Blaik. Dalam suasana yang sebenarnya menyedihkan itu, saya tak bisa tidak memang harus geli dan tertawa. Bahwa Kalis menganggap saya ganteng, itu adalah hal yang baik bagi saya. Namun tentu itu seharusnya cukup menjadi penafsiran tunggalnya saja.

Ketika dia bilang kepada bapaknya bahwa wajah bapaknya ngganteng seperti wajah saya, itu artinya, ia sedang berusaha memaksakan tafsir dirinya atas kegantengan saya kepada orang lain. Dan itu hal yang tidak seharusnya dilakukan. Itu sangat tidak moderat.

Tepat saat ia mengatakan “Wajah bapak masih ngganteng, kaya bojoku.” itu, saya langsung melirik bapak mertua saya.

Saya ingin tahu, bagaimana ekspresinya saat tahu kalau wajahnya disama-samakan dengan wajah saya.

Apakah ia bahagia, atau justru malah sedih?

Saya menunggu sejenak, dan ternyata saya tidak mendapatkan jawaban. Ia hanya diam saja. Mungkin ia sebenarnya ingin tertawa, namun ia takut tawanya itu menyinggung perasaan saya. Sehingga ia memilih untuk diam saja.

Saya sendiri sangat meyakini, bapak mertua saya diam karena ia sedang membatin satu hal: “Oalah, standar nggantenge anakku kok rendahe koyo mene tho ya.”




Sawer blog ini

0 komentar :

Post a Comment

Tentang Saya

Saya Agus Mulyadi, biasa dipanggil Gus Mul (bukan lulusan pesantren seperti Gus Dur, Gus Muh, maupun Gus Mus. Gus Mul hanya akronim dari nama saya). Blogger dan Freelance Layouter. Kini berusia 24 tahun. Aktif di Karang Taruna dan Komunitas Blogger Magelang Pendekar Tidar. Profil lebih lengkap, Lihat Disini
 
Copyright © 2010 Blog Agus Mulyadi , All rights reserved
Design by DZignine . Powered by Blogger