Senang sekali bisa menjadi narasumber sesi obrolan ngalor-ngidul “Manusia Magelang” di salah satu rangkaian acara Pekan Buku Magelang yang dihelat oleh Melek Huruf beberapa waktu yang lalu.
Melek Huruf, sebagai sebuah teman baca yang ada di Magelang, memang tengah merancang segmen obrolan bertajuk “Manusia Magelang” sebagai obrolan untuk menggali kisah dan pengalaman sosok-sosok yang berasal dari Magelang, dan kebetulan, saya diminta untuk menjadi narasumber pertama untuk edisi “Manusia Magelang” yang pertama ini.
Ditemani oleh kawan saya Arief “Toyib” Yulindra, kami mencoba membuka percakapan-percakapan menyenangkan tentang betapa kami merasa sangat terberkati terlahir sebagai warga Magelang.
Kesempatan itu kemudian menjadi sesi di mana saya mendapatkan ruang untuk meluapkan kebanggaan saya atas Magelang. Ruang di mana saya bisa meromantisasikan apa saja yang bagus-bagus tentang Magelang dan mencarikan dalih atas apa saja yang jelek-jelek tentang Magelang.
Bagaimanapun, saya akan selalu menjadi bagian dari Magelang, sebuah tanah wingit di mana lima gunung berserikat dengan baik. Tempat di mana manusia-manusia terpilih lahir dan bertumbuh.
Manusia-manusia terpilih yang terus dan tak pernah berhenti menanam meski harga panen hancur-lebur.
Manusia-manusia terpilih yang diberkahi talenta memahat batu turun-temurun, dan membuat mereka bisa berangkat umroh dan haji dari hasil menjual patung Buddha dan Bunda Maria.
Manusia-manusia terpilih yang punya hak secara kultural dan geografis untuk menggambar dua buah gunung dengan matahari terbit di antara keduanya, sebab mereka menyaksikan secara langsung pemandangan sejuta umat itu dalam bentuk fajar yang menyembul malu di antara Merbabu dan Merapi setiap pagi.
Saya mungkin berproses di Jogja, lalu mencoba menjadi besar dan berubah congkak di Jakarta, namun ke Magelang-lah, saya akan selalu kembali.
Kepada Magelang, saya selalu menaruh hormat dan menyisipkan keyakinan besar, bahwa ia bukan sekadar wilayah, ia adalah bangsa hebat yang selalu berpotensi untuk menjadi unggul.
Dan semua orang paham belaka, bangsa yang bisa membangun Borobudur, seharusnya bisa membangun apa saja.

0 komentar :
Post a Comment